Showing posts with label terjemahan. Show all posts
Showing posts with label terjemahan. Show all posts

Saturday, January 13, 2007

Love Me Better!

Subjudul: Kisah Nyata Seorang Wanita yang Terperangkap Kekerasan dalam Rumah Tangga
Nonfiksi (terjemahan--komik)
Pengarang: Rosalind B. Penfold (nama samaran)
Judul asli: Dragonslippers: This Is What an Abusive Relationship Looks Like
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama


“Aku Roz,” ucap sang tokoh utama, “eksekutif berusia 35 tahun dengan bisnis sendiri yang begitu sukses, sehingga mendapatkan penghargaan Woman of The Year tahun 1990.”

“Dan aku Brian,” ujar sang pria gemuk berambut jarang. “Duda dan ayah empat anak yang akan begitu memanjakan Roz dengan perhatian.”

“Dia cowok paling hebat di dunia!” seru Roz.

“Kami juga butuh perhatian dan kasih sayang,” kata keempat anak Brian.

“Tentu saja Sayang-sayangku,” rangkul Roz.

Agenda Roz pun dipenuhi kegiatan bersama Brian dan anak-anaknya. Brian melompati pagar demi memeluk Roz. Menari-nari di atas meja. Dan mengajak Roz bersenang-senang dengan penuh gairah.

“Maukah kamu menikah denganku?” lamar Brian.

“Aku mencintaimu, tapi ini terlalu cepat,” tolak Roz.

“Kalau begitu, aku akan mengajakmu berbulan madu setiap tahun hingga kamu bilang ‘Ya!’” tegas Brian. “Karena aku takkan melepaskanmu, Roz,” lanjutnya kemudian.

Para pembaca komik ini yang familier dengan plot-plot Stephen King langsung berteriak, “Tinggalkan dia!”

Tapi tentu saja Roz tidak mendengarkan. Brian mengasari Roz. Roz sakit hati dan menangis. Besok paginya Brian meminta maaf.

“Aku takkan mengulanginya, lagi. Percayalah!” ujar Brian.

“Dia bohong!” jerit para pembaca.

Tapi Roz percaya dan leleh kembali. Kembali ke langkah awal: dan tingkat kekasaran meningkat. Mengatai Roz pelacur, menghancurkan barang-barang, mengusirnya. Hingga Roz mendapati bahwa Brian juga tidur dengan wanita lain. Termasuk mantan pengasuh anak-anaknya.

“Apa yang salah dariku?” tanya Roz dalam kebimbangan. “Aku harus berusaha lebih keras!”

Justru siksaan batin yang menjadi lebih keras. Teman-temannya memperingatinya untuk meninggalkan Brian. Ia tidak mendengar. Orangtuanya melakukan hal yang sama. Ia tidak mendengar. “Aku harus berusaha lebih keras,” ulangnya kepada diri sendiri. “Aku tidak bisa meninggalkan anak-anak.”

Beberapa pembaca menutup buku ini karena tidak tahan. Sebagian besar langsung melompat ke akhir buku agar segera tamat dengan bahagia. Hanya sedikit yang tetap membaca. Karena mereka tahu, bahwa ini nyata.

Siksaan batin. Siksaan batin. Siksaan batin. Roz meninggalkan Brian.

“Horeee!” seru para pembaca yang bertahan.

Namun saat Brian berlutut meminta maaf, Roz pun kembali ke rangkulannya.

“Aaaagggh,” keluh para pembaca.

Hingga akhirnya Roz menyadari kalau hubungan mereka tidak sehat. Karena ketidakpastian, cinta baginya menjadi kebutuhan yang harus ia perjuangkan. Roz pun meninggalkan Brian. Dan ia kembali hidup bahagia. “Kabarnya Brian sudah memiliki kekasih baru,” ujar Roz kepada psikiaternya. “Aku dengar kabar kalau wanita itu cantik dan mandiri.”

Psikiater menatap Roz, “Aku dengar, kamu juga begitu.”

“Siapa pun yang membaca komik ini lebih dari dua kali,” kata Sang Pembaca sambil bergidik, “adalah kandidat korban hubungan abusif.”

Friday, January 12, 2007

Palestina: Duka Orang-orang Terusir 1 & 2


Nonfiksi (terjemahan--komik)
Pengarang: Joe Sacco
Judul asli: Palestine
Penerbit: Dar! Mizan


Joe Sacco mencapai satu daerah. Teman kontaknya menghubungkan dia dengan orang-orang setempat. Mereka bercerita tentang penderitaan yang mereka alami dan kekejaman tentara Israel.

“Lantas, apa yang bisa kamu lakukan untuk kami?” tanya salah seorang anggota keluarga yang sinis.

Joe Sacco tidak bisa menjawabnya.

Ia kemudian berpindah ke daerah lain. Menemui kontak baru. Keluarga baru. Cerita serupa. Kadang sambutan hangat. Kadang dingin. Kadang diwarnai konflik. Namun, diakhiri pertanyaan, ataupun harapan serupa.

“Ceritakan kepada dunia apa yang sebenarnya terjadi di sini!” pinta seorang nenek yang kehilangan cucu dan anaknya.

Joe Sacco hanya bisa terdiam.

Terakhir, ia berjalan bersama wanita-wanita Israel. Mereka menyukainya. Namun membencinya saat berbicara konflik. Semua orang bosan konflik. Semua orang ingin damai. Tapi semua orang capai mengharapkan damai.

Joe Sacco pun pindah ke suatu daerah lain. Bertemu kontak baru. Dan ia mendengarkan cerita. Cerita-cerita yang hanya bisa ia sebarkan secara jelas, dalam bentuk komik.

Thursday, January 11, 2007

Kartun Riwayat Peradaban Jilid II

Nonfiksi (terjemahan--komik)
Kartun Riwayat Peradaban Jilid II, Bab 8-13: Dari Berseminya Cina Hingga Rontoknya Romawi
Pengarang: Larry Gonick
Judul asli: The Cartoon History of the Universe, Volumes 8-13
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia


India menjadi awal untuk satu fondasi lagi dalam riwayat peradaban: agama.

“Dengan agama, kita mendapatkan pencerahan!” ujar para brahma.

“Dengan agama, kita memahami jalan!” ulang para pengikutnya.

“Dengan agama, kita mendapatkan justifikasi untuk membantai orang-orang yang kita sebut kafir!” seru seseorang di tengah-tengah kerumunan.

“Heh, giliran kamu di Jilidi III!” hardik yang lain.

“Ya,” tukas Yao Shun. “Buku ini lebih fokus pada sejarah pembantaian orang-orang yang tidak sepakat dengan kebijaksanaan keluarga.”

Darah tumpah ruah. Kepala bergelimpangan. (Kecuali yang ditusukkan di atas tombak.) Berbagai dinasti muncul dan berganti. Xia, Shang...

“Jadi Yin aja deh, kami kan baru pindah ibukota lagi sekitar akhir 1300 SM,” ujar Kaisar Shang.

Oke. Xia, Yin, Zhou...

“Setelah pikir-pikir lagi, dinasti itu ide yang buruk. Kayaknya mendingan kita masing-masing bikin negara kecil saja,” ujar seseorang yang akhirnya menjadi raja (tentu saja!).

“Ngomong-ngomong, setelah terbentuk sekitar 1000 kerajaan kecil seperti ini, apa yang akan kita lakukan?” tanya satu raja lain.

“Berlomba siapa yang akan bisa mempersatukan semuanya?” usul seorang lagi.

“Hmm,” pikir 997 raja sisanya. “Berarti ada 499.500 kemungkinan konflik antarbatas wilayah. Bayangkan berapa jumlah kepala yang akan berguling.” Mereka menatap satu sama lain. “Ide keren!”

Kilas maju, dan kita dapatkan kekaisaran Wu di Asia Timur.

Di Eropa Barat, Romawi melakukan hal serupa dengan menyerang negara-negara tetangga. Tapi ditambah dengan kegilaan akut dan kelainan seksual.

“Kalau semua orang Romawi melakukannya, bukan kelainan dong,” bela Caligula. “Seharusnya disebut kebiasaan seksual.”

“Selagi kalian sibuk berpesta pora, kami akan menyebarkan sang jalan,” ujar sebelas orang pengikut Yesuah.

“Hei, sudah tahun 540-an!” seru orang-orang Bulgar. “Saatnya menyerang Romawi!”

“Jangan lupakan kami,” sambung wabah pes.

Eropa pun terperosok dalam kemiskinan dan kebodohan. Cina bangkit kembali dengan Dinasti Tang.

“Kedengarannya bagus untuk jadi nama produk minuman jeruk instan,” angguk sang Kaisar.

Tapi mereka akan segera terkejut oleh kedatangan pengunjung dari arah yang tak disangka-sangka...

Dan jilid II pun berakhir.

“Keren! Baru kali ini aku baca buku sejarah yang ada cliffhanger,” ucap Sang Pembaca.

Monday, January 8, 2007

Kartun Riwayat Peradaban Jilid I

Nonfiksi (terjemahan--komik)
Kartun Riwayat Peradaban Jilid I, Bab 1-7 Dari Ledakan Besar Hingga Alexander Agung
Pengarang: Larry Gonick
Judul asli: The Cartoon History of the Universe, Volumes 1-7
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia


Alam semesta mulai dengan sebuah LEDAKAN BESAR. Kilas maju ke berjuta-juta tahun kemudian, muncullah kehidupan di bumi. Namun, tidak ada yang benar-benar menonjol hingga terbentuk kehidupan tingkat tinggi, yang juga memunculkan salah satu hal penting yang akan bertahan hingga kini: Seks.

Hingga akhirnya, dunia dikuasai dinosaurus.

“Horeee!” seru para dinosaurus.

Sebelum akhirnya pada 70 juta tahun yang lalu--tanpa alasan yang jelas--mereka semua mati.

“Sial,” umpat para dinosaurus.

Mulailah zaman mamalia.

“Horeee!” seru para mamalia.

Dan muncullah mamalia jenis baru seperti monyet. Bedanya, mereka berlari tegak, di atas dua kaki.

“Lantas, buat apa tangan kita?” ujar para kera kreatif ini.

“Kita bisa membuat perkakas,” usul seseorang di antara mereka.

“Yah, boleh, lah,” angguk yang lain.

“Kita bisa menggunakan senjata untuk membela diri!” usulnya lagi.

“Yah, boleh, lah,” angguk yang lain.

“Kita bisa mengupil!” ujarnya kemudian.

“Kau jenius!” sorak yang lain.

Dan itulah yang melandasi tiga dasar kecenderungan manusia: berinovasi, agresi, dan mengurus berbagai kebutuhan asasi.

Maju kembali berjuta-juta tahun, hingga para manusia sudah begitu maju.

“Mari menetap dan berkembang biak!” usul satu pemimpin.

Para pengikut pun melakukannya.

“Mari membuat peradaban!” seru beberapa pemimpin.

Para pengikut pun menurutinya.

“Mari mengatasi ledakan populasi dan perbedaan budaya dengan memaksakan peradaban kita kepada suku lain!” perintah hampir semua pemimpin suku.

Darah tumpah ruah. Kepala bergelimpangan. Bagian sejarah inilah yang terus berulang.

“Nggak selalu karena pemaksaan peradaban, lah,” bantah Aristoteles. “Bisa juga karena alasan agung lainnya.”

“Seperti tidak diangkatnya seorang filsuf ambisius untuk menggantikan gurunya yang meninggal sebagai kepala akademi?” tanya Larry Gonick.

“Tentu saja,” gerutu Aristoteles sambil mendoktrin Alexander untuk menaklukkan dunia.

Monday, December 25, 2006

Artemis Fowl: Insiden Arktik


Fiksi (terjemahan)
Judul Asli: Artemis Fowl -- The Arctic Incident
Penulis: Eoin Colfer
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama



Cudgeon tertawa seram, "Kalian mungkin lupa siapa namaku, tapi aku adalah tokoh jahat di buku pertama. Dan seperti biasa, jika tokoh jahat tidak mati..."

"...ia akan kembali dan menjadi lebih berbahaya!" sambung Opal Koboi.

Kapten Holly memandang Opal, "Aku lebih kasihan kepada pembaca yang harus menahan tawa setiap kali membaca namamu."

"Oho," Cudgeon tersenyum sinis. "Dengan plot hebat berupa penyelundupan senjata teknologi lama ke dunia peri, memberikannya kepada para goblin."

"Lantas mematikan semua senjata dunia peri buatan perusahaanku," sambung Opal.

"Para pembaca akan menyimak dengan saksama bagaimana kami menguasai dunia peri!" simpul Cudgeon.

Artemis mendengus, "Ini bukannya plot serupa seperti di buku pertama, yang mendorong terjalinnya kerja sama antara manusia dan peri?"

Butler mengangguk, "Ujung-ujungnya, kalian bakal kalah."

"Sialan," maki Cudgeon. "Betul juga. Tapi rencanaku sempurna! Tidak akan ada yang bisa menghancurkannya." Ia berpikir, "Kecuali jika aku berlaku seperti tokoh superjahat standar, membeberkan rencanaku mengkhianati Opal, dan sempat kalian rekam."

"Kau baru saja melakukannya," ujar Foaly, menyetel ulang hasil rekaman.

"Argh!" Cudgeon menginjak-injak lantai. "Ya sudahlah. Berarti aku harus mati di buku ini supaya kemungkinan plot itu tertutup selamanya."

"Jangan lupa untuk membuat kematianmu terlihat tanpa sengaja, ya?" ucap Artemis. "Kita tetap harus menjaga moral buku ini."

"Ya, ya," geram Cudgeon sebelum tak sengaja tercemplung ke dalam plasma.

"Oke, Artemis," Holly memberi isyarat. "Sekarang saatnya kami membalas budi dengan menyelamatkan ayahmu yang ditawan Mafiya Rusia."

"Holly! Jarimu putus!" seru Artemis.

"Master Fowl Senior terjatuh ke sungai es!" seru Butler.

"Jangan khawatir, aku kan elf dengan api biru yang dapat menyembuhkan segalanya," ujar Holly.

"Oh, untunglah," kata Artemis lega. "Saya kira kita bakal kehabisan Deus ex machina."

Sunday, December 24, 2006

Mengubah Perlawanan Menjadi Pemahaman


Nonfiksi (terjemahan)
Judul Asli: They Just Don't Get It!
Penulis: Leslie Yerkes dan Randy Martin
Ilustrasi oleh: Ben Dewey
Penerbit: PT Bhuana Ilmu Populer


"Ini ideku yang hebat!" seru Julie, sang eksekutif periklanan.

Kliennya mengerutkan kening, "Saya nggak ngerti."

"Kok bisa nggak ngerti?" suara Julie meninggi. "Ini lucu!"

"Nggak tuh," cibir sang klien.

"Oke," Julie menghela napas, "kalau gitu saya akan pusing selama dua hari, luntang-lantung nggak karuan, hingga bertemu orang-orang yang akan memberi saya pencerahan."

"Silakan." Sang klien bahkan tidak menoleh saat Julie keluar ruangan.

Julie kembali masuk ke dalam ruangan presentasi, "Saya sudah tercerahkan!"

"Cepat juga," ujar sang klien.

Julie mengangkat bahu, "Namanya juga versi lima menit." Ia kembali serius, "Saya salah karena memaksakan pendapat kepada Anda. Seharusnya saya justru mendengarkan mengapa Anda bisa tidak mengerti. Dengan begitu, kita bisa sama-sama belajar untuk mengerti."

Kedua pengarang bersorak, "Kita punya bahan baru untuk bikin pelatihan!"

Friday, December 1, 2006

James dan Persik Raksasa


Fiksi (terjemahan)
Penulis: Roald Dahl
Judul asli: James and the Giant Peach
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama


“Namaku James Henry Trotter,” ujar sang tokoh utama. ”Dan seperti cerita Roald Dahl lainnya, aku harus menderita di awal cerita agar bisa bahagia di akhir.”

“Aku tokoh jahat,” potong Bibi Sponge.

”Aku juga,” timpal Bibi Spiker. ”Ayo kerja, kau binatang menjijikkan!” serunya ke James.

“Psst, bocah kecil,” desis seorang pria tua. “Menderita, ya? Tanpa alasan yang jelas, aku memiliki benda sihir yang dapat membuat peminumnya menjadi berkuasa hebat. Dan aku akan memberikannya padamu cuma-cuma.”

“Wow!” James menerima benda ajaib itu. “Semoga dengan begini aku nggak mengajari anak-anak kecil di seluruh dunia untuk sembarangan menenggak apa pun yang dikasih orang asing.” Ia langsung berlari pulang. “Terima kasih Pak Tua! Sekarang aku akan bergegas lari tanpa memedulikan sekitarku!”

James tersandung akar dan menjatuhkan ribuan benda ajaib itu. Semuanya hilang ditelan tanah. Besoknya, tumbuh satu persik raksasa yang berlubang besar.

“Wah, ada lubang!” James memasukinya. “Siapa pun yang membuat lubang di persik, pasti orang baik.”

“Halo, James,” sapa Kakek Belalang Hijau, Laba-laba Besar, Kepik Raksasa, Lipan, Cacing Tanah, dan Cacing Cahaya.

James melongo, “Apa kalian benar-benar tokoh baik?”

”Kita akan memotong tangkai persik, membiarkannya menggelinding, dan melindas kedua bibimu hingga penyet,” ujar mereka.

”Sudah kuduga! Kalian memang tokoh baik!” seru James girang.

Persik menggelinding, melindas tokoh jahat, dan terjatuh ke laut.

”Wah, kita dalam kesulitan!” keluh para serangga.

”Jangan lupa,” ujar James. ”Aku anak kecil tertindas yang nggak pernah sekolah. Berarti aku pintar!”

”Horeeee! Kita selamat!” seru para serangga. ”Hei, tapi aku kan bukan serangga,” protes Cacing Tanah.

Mereka mengalami berbagai petualangan hingga persik tertusuk di atas puncak Empire State Building.

”Celaka! Polisi mengepung kita!” teriak Laba-laba Besar.

”Mereka mengira kita monster!” lolong Kepik Raksasa.

”Jangan khawatir!” potong James. ”Aku akan mengenalkan kalian sambil bernyanyi. Dengan begitu, kalian akan dicintai!”

”Horeeee!” seru para serangga dan penduduk New York.

Monday, November 27, 2006

Keong Ajaib (The Conch Bearer)


Fiksi (terjemahan)
Judul Asli: The Conch Bearer
Penulis: Chitra Banerjee Divakaruni
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama


“Aku Anand,” ujar sang tokoh utama. “Tokoh utama berumur dua belas tahun—usia yang cocok untuk memercayai hal-hal ajaib dengan mudah. Untuk mendemonstrasikan kebaikan hatiku, aku akan memberikan jatah makanan dan minumanku kepada seorang kakek tua lusuh.”

“Terima kasih, Anand,” sambut sang kakek tua lusuh. “Tapi aku sebenarnya orang sakti. Dan aku memiliki pekerjaan yang sangat penting bagimu.”

“Pekerjaan apa?” tanya Anand.

Sang Kakek mengeluarkan sesuatu, “Membawa keong ini.”

“Keong? Untuk apa,” lirik Anand setengah hati.

“Maaf,” ralat sang kakek. “Keong ajaib ini.”

“Oh, tentu saja!” terima Anand dengan suka hati. “Kenapa tidak?”

Mereka berdua pun berangkat. Dan dihadang oleh para pengikut Surabhanu.

“Surabhanu itu siapa sih?” tanya Anand.

“Hush!” desis sang kakek. “Jangan ucapkan namanya! Itu akan--”

“Baru saja kulakukan,” potong Anand.

“Kalau gitu, kita harus lari!” sang kakek menarik Anand berlari, hanya untuk bertemu Surabhanu. “Terlambat! Aku terpaksa bertarung dengan gaya surealis!”

Mereka terpisah.

“Aku sendirian,” keluh Anand.

“Lho, kan ada aku,” ujar Nisha.

Anand melirik kesal, “Kamu hanya tokoh pendamping.”

Nisha tersadar, “Oh, iya.”

“Kau tidak sendirian, Anand,” ujar Keong.

Anand memegang Keong. “Dari mana aku tahu kalau kau benar-benar nyata dan bukan karena aku mulai gila?”

“Gila sampai berbicara sendiri bukan plot untuk tokoh berusia dua belas tahun,” kata Keong dengan bijak.

“Kau benar! Berarti kau memang nyata!”

Surabhanu muncul dalam bentuk hantu. “Aku mulai bosan mendengar dialog ini dan memutuskan untuk membunuhmu sekarang.”

“Kau tahu kan, kalau bakal gagal?” Anand menunjukkan perubahan tokohnya menjadi dewasa dengan melontarkan retorika.

“Iya,” angguk Surabhanu. “Itulah nasib jadi tokoh jahat. Oke, aku akan menggunakan sihirku untuk membujukmu memberikan keong itu.”

“Itu juga bakal gagal,” tukas Keong, memberikan bantuan.

“Sial!” maki Surabhanu. “Ya sudah. Sampai jumpa di buku berikutnya, kalau yang pertama ini cukup laku!” teriak Surabhanu sambil menghilang.

“Hore!” seru Anand. “Kita sampai di tempat tujuan!”

“Selamat datang, Anand!” sambut para penjaga. Untuk menghormati jasa-jasamu, kami memberikanmu dua pilihan: “Kami hapus ingatanmu tentang tempat ini atau kami hapus ingatan orangtuamu tentang kamu.”

“Aku memilih,” Anand berpikir lama sebelum akhirnya mengatakan, “yang kemungkinan sekuelnya paling besar.”

Tuesday, November 14, 2006

Kokology


Nonfiksi (terjemahan)
Judul: Kokology (Game Praktis Menggali Potensi Anda)
Penulis: Tadahiko Nagao dan Isamu Saito
Penerbit: Delapratasa


“Saat malam natal, Anda datang bersama teman-teman,” tulis sang buku. ”Seseorang mengenakan jas kuning, dan seorang lagi mengenakan jas biru. Siapa saja mereka?”

”Aku sendiri!” seru sang pembaca. ”Aku mengenakan dua jaket sekaligus.”

”Yang mengenakan jas kuning adalah orang yang Anda sukai. Dan yang biru adalah yang membuat Anda bersikap dingin,” jelas sang buku.

”Wow! Berarti aku suka dan dingin terhadap diriku sendiri. Dalem banget!”

”Hebat, kan? Dan masih ada banyak lagi dalam diriku!” promo sang buku.

”Horee!” seru sang pembaca. ”Bagus juga buat forward-forward email atau bulletin board Friendster.”

Sang buku mendehem dan menunjuk pasal tentang hak cipta.

“Selamat datang di Indonesia,” sambut sang pembaca.

Friday, November 10, 2006

Artemis Fowl


Fiksi (terjemahan)
Judul asli: Artemis Fowl
Penulis: Eoin Colfer
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama


Artemis Fowl bertekad, "Aku akan mengembalikan kejayaan keluargaku!" Dan dia menyusun siasat.

Butler bersumpah, "Aku akan melindungi Master Fowl hingga mati!" Dan dia mati. (Walau tidak secepat itu.)

Holly menegaskan, "Aku adalah peri LEPRecon yang hebat! Jangan remehkan aku hanya karena aku perempuan." Dan dia diculik oleh Artemis Fowl. (Ya, secepat itu).

"Mari gunakan teknologi kita yang jauh lebih canggih untuk membebaskan rekan kita!" seru pasukan LEPRecon seraya menyerbu mansion Fowl. Dan mereka gagal. (Bahkan jauh lebih cepat.)

"Selubungi mansion dengan medan waktu!" perintah Komandan Root.

"Lepaskan Troll!" perintah tokoh jahat yang perlu ada agar Artemis Fowl tidak terlihat terlalu jahat.

"Troll!?" protes Komandan Root. "Ada petugasku di dalam sana. Kau tahu apa artinya itu?"

Sang tokoh jahat menggaruk dagunya. "Peluang plot untuk beralih agar manusia dan peri bekerja sama?" Dan ia benar.

Butler ditusuk Troll dan (hampir) mati. Holly menyembuhkannya dan pingsan dihantam Troll. Butler yang pulih balik menendang pantat Minotaur (secara harfiah).

"Oke, kau menang," ujar Komandan Root "Kami berikan tebusan emas satu ton." Ia memberikannya. "Sebagai bonus, kami jatuhkan bom biologis."

"Oh, kami punya cara untuk bertahan hidup," kata Fowl tenang. Dan ia benar.

Holly merengut, "Jelaskan sekali lagi, Komandan, kenapa bisa ada aturan bahwa jika kita gagal membunuh manusia yang merampok kita, mereka jadi bebas memiliki emas peri?"

Komandan Root menunjuk buku peri, "Deus ex machina."