Thursday, January 4, 2007

Rich Dad, Poor Dad


Non(?)Fiksi
Judul: Rich Dad, Poor Dad -- What the Rich Teach Their Kids about Money that the Poor and the Middle Class Do Not!
Penulis: Robert T. Kiyosaki
Penerbit: Warner Business Books


"Aku akan memulai ceritaku menjadi kaya dengan moral terpenting," ujar Kiyosaki. "Aku memiliki dua ayah: Ayah kandungku yang Miskin adalah seorang pegawai dan berhutang hingga meninggal. Ayah temanku yang Kaya adalah pengusaha yang sukses. Tahu kan mana yang perlu kamu tiru?"

"Bisa minta petunjuk lagi?" tanya Sang Pembaca.

"Ayah kandungku yang Miskin seorang PhD tapi tak berpenghasilan setelah dipecat. Ayah temanku yang Kaya tidak lulus SMP tapi uang mengalir terus dari arus kasnya. Plus, ia bisa memecat orang," lanjut Kiyosaki. "Mengerti sekarang?"

Sang Pembaca menggaruk-garuk kening, "Jangan hormati orangtua dan jangan sekolah?"

"Bukan, bukan!" sergah Kiyosaki. "Gini aja deh, ada empat kuadran: Employee, Self-Employed, Businessman, dan Investor. Kamu nggak akan bebas finansial kalau masih berkutat di kuadran E dan S. Pindahlah ke B atau I."

"Oke, itu nasihat yang bagus," angguk Sang Pembaca. "Caranya?"

"Aku akan memberikan contoh cara dari saat aku kecil," ucap Kiyosaki.

Dan ia bercerita berbagai pengalamannya.

"Bukannya itu ilegal?" tanya Sang Pembaca.

"Yang penting niatnya! Tekadnya! Bebas finansial! Ayo eja bersama saya! B-E-B-A-S," ajak Kiyosaki.

"H-U-K-U-M," lanjut Sang Pembaca.

"Bukan! Bukan!" tukas Kiyosaki dengan kesal. "Gini aja deh, apa pun caranya, yang penting kamu bisa membedakan mana aset dan mana liabilitas. Semua hak milik yang menghasilkan uang adalah aset, seperti saham. Sebaliknya, yang memboroskan uang adalah liabilitas, seperti mobil atau rumah."

"Rumah bukan aset?"

"Bukan! Bukan!" potong Kiyosaki. "Gimana sih? Kalau kau pake sendiri kan harus bayar pajak, pemeliharaan, dan lain-lain. Itu biaya. Kalau kau mengolah properti ril estat seperti yang kucontohkan ini, baru jadi aset."

Sang Pembaca memicingkan mata, "Itu nggak bisa dilakukan di Indonesia."

"Nggak masalah! Yang penting tekad!" seru Kiyosaki. "Oh, ya, ngomong-ngomong aku sudah mengubah rekomendasiku dalam buku ini. Tadinya kutulis kalau MLM bukan cara yang baik mencapai kebebasan finansial. Tapi setelah kupertimbangkan ulang, kutulis jadi bisa. Bahkan salah satu cara yang baik, malah!"

"Karena anggota MLM di seluruh dunia ada ratusan juta dan kalau buku ini bisa jadi injilnya MLM seperti The Magic of Thinking Big, kau akan makin untung?" tanya Sang Pembaca.

"Bukan! Bu--oh, ya, kau benar." Kiyosaki mendehem. "Tapi yang penting tekad! Semangat!"

"Betul juga," angguk Sang Pembaca. "Setelah membaca buku ini, semangatku meluap untuk menggapai kebebasan finansial! Aku siap melakukannya! Aku akan segera bangkit dan melakuka--hmm, melakukan apa, ya? Aku belum tahu harus melakukan apa. Hei! Apa yang harus kulakukan?"

"Maaf, kita sudah sampai di akhir buku," ujar Kiyosaki sambil tersenyum. "Coba cari jawabannya di bukuku yang lain."

3 comments:

Aris YAB said...

Hmm.... kemaren saya sgt berhasrat untuk membeli buku itu, tapi karena gak ada saya paun berniat untuk memesannya melalui sebuah agen. tapi.... setelah baca ni artikel, kaya'e aku gak jadi mesen dech. hehehe....

Eh, tapi di BUku lanjutan nya cukup layak baca lho. penuh semangat! Bener dech.

Islahul Fitri said...

Saya sudah baca buku ini...
tapi seri Rich Dan seperti :
1. Rich Dad Poor Dad
2. Rich Kid Smart Kid
3. Cash Flow Quadran
4. Guide to Invesment (ini saya lupa)

plus : yang ada Don't Go To School

kelima buku ini adalah kitab suci standar untuk mempersiapkan diri jadi kaya.
kemudian coba baca buku yang di rekomendasikannya :
1. Richest Man from Babylon ini boleh dikatakan buku kunci untuk kelima buku diatas.

Lalu buku standarnya MLM seperti yang bunyinya berfikir dan berjiwa besar
2.abis itu buku napoleon Hill

itu akan segera merobah pola pikir sebagai kelompok employee dan self employee jadi ownbusiness dan Investor

Anonymous said...

Ini yg ngasi review uda baca blm ya? Dari judulnya aja aja uda salah. Isinya jg ngawurr...